Minoritas Islam di India
A. Sejarah Islam di India
1.
Masuknya
Islam di India
Hubungan
Islam dan India telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw. (mulai tahun 610 M)
melalui dakwah para pedagang Arab yang melewati pelabuhan-pelabuhan India.[1]
Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari
dinasti Bani Umayyah. Penaklukan ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di
bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.[2]
Wilayah anak benua India pertama yang digabungkan oleh Muhammad Ibn Qasim ke
dalam dunia Muslim adalah Sind (sekarang di Pakistan).[3]
Pada masa kekuasaannya, ia menjadi Gubernur dan menjalankan pemerintahan dengan
rasa kemanusiaan yang tinggi. Para penganut Budha yang sudah lama merasa
tertindas oleh Brahmana kemudian memeluk Islam. Tidak adanya perbedaan antara
ras dan kasta mendorong orang-orang sudra yang selama ini tertindas oleh kasta
tinggi banyak yang masuk Islam karena mereka menganggap Islam sebagai
pelindung.
Kekuasaan
Islam di India kemudian di lanjutkan oleh Dinasti Ghazni dan Dinasti Ghury. Pada masa kekuasaan kedua
dinasti tersebut kekuasaan Islam semakin luas. Dinasti Ghury kemudian memberlakukan
Undang-Undang Islam dan memberikan kebebasan kepada orang-orang Hindu untuk
menjalankan agama dan mendirikan kuil dengan membayar upeti dan jizyah.[4] Sejak
saat itu kekuasaan Islam di India mulai terorganisasi hingga berhasil
mendirikan kesultanan di New Delhi.
Pada
masa kesultanan Delhi banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
India. Kaum bangsawan Muslim misalnya, menempati posisi terkemuka di dalam
masyarakat pada masa kesultanan Delhi. Mereka memiliki banyak pengaruh terhadap
aktifitas sultan. Ulama, syeikh dan para sayyid dihormati oleh semua golongan
masyarakat.[5]
Sedangkan umat Hindu diperlakukan adil oleh kesultanan Delhi. Mereka dibeikan
kebebasan penuh dalam memilih agama dan merayakan upacara-upacara keagamaan.[6]
Dalam bidang pembangunan, sultan banyak mendirikan istana kerajaan, benteng,
mejid, tugu bagi orang-orang besar, dan tempat berlindung bagi orang-orang
miskin. Masjid terkenal yang didirikan sultan diantaranya Masjid Quuwat al-Islam, masjid Araidin ka Jhonpra, masjid raya Jami-I-Masjid serta masjid-masjid
lainnya.
Setelah
periode Kesultanan Delhi berakhir, India dikuasai oleh Dinasti Mughal. Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad
Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol,
keturunan Jengis Khan. Ekspansinya ke India dimulai
dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (Paman
Lodi) dan gubernur Lohere.[7]
Selama tiga abad berkuasa, dinasti Mughal mampu menyebarkan Islam ke seluruh
penjuru India. Kontribusi Mughal terhadap keberadaan Islam di India sangat
besar diantaranya:
a. Di
bidang politik sistim yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena
mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi
lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India.
b. Perekonomian
kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi dan
Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika
itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah,
tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
c. Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah
Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar
berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung
pesan kebijakan jiwa manusia. Karya seni yang masih dapat dinikmati
sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah
karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun
istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa
Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid
raya Delhi dan istana indah di Lahore.
d. Di
bidang ilmu pengetahuan, sejak
berdirinya Mughal banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Bahkan Istana Mughal-pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal
ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta Ulama. Aurangzeb
misalnya membelikan sejumlah uang yang besar dan tanah untuk membangun sarana
pendidikan. Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola
oleh seorang guru. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di
Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah di pegang oleh Aurangzeb.
Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal dengan
sebutan Fatawa-I-Alamgiri.
Besarnya pengaruh Mughal dalam bidang
kehidupan masyarakat India menunjukkan bahwa masyarakat Muslim di India hidup
dalam keadaan yang aman dan teratur. Namun demikian, kejayaan yang terjadi pada
masa Mughal hanya bertahan pada masa pemerintahan Akbar (1556-1506 M), dan tiga
raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M),
Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuaan Mughal mulai memudar. Ini
disebabkan para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang
telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini
memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu
di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama
semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya
diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh
kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai. Melemahnya kekuasaan
Mughal di India kemudian dimanfaatkan oleh Inggris untuk menguasai India.
2.
Minoritas
Muslim di India
Islam
yang semula memiliki kekuatan yang besar di India mulai bergeser setelah
datangnya Inggris yang ingin menguasai wilayah India. Awal imperialisme Inggris
di India dimulai dengan dikuasainya daerah Bengal yang berhasil direbut dan
dijadikan sebagai pusat pemerintahan otonom Inggris. Puncak kekuasaan Inggris
diraih pada tahun 1857 ketika kerajaan Mughal benar-benar jatuh dan Inggris
kemudian menguasai Afghanistan dan kesultanan Balucistan.[8]
Dengan demikian Imperialisme Inggria telah merata di seluruh anak benua India.
Sejak
tahun 1818 M Inggris menjadi kekuatan terkemuka terutama di daerah-daerah yan
mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Bengal, dataran sungai Gangga, dan
sekitar wilayah lembah sungai Indus. Kehadiran Inggris kemudian di tentang oleh
kelompok yang non-kooperatif melalui gerakan anti Inggris. Puncaknya adalah meletusnya
Revolusi Multiny pada 1857.[9]
Gerakan ini berhasil dipadamkan oleh Inggris dan merugikan umat Muslim.
Pemerintah Inggris kemudian merangkul orang Hindu dan mengucilkan umat Islam.
Keadaan ini menjadikan umat Islam lemah karena dari segi kuantitas tergolong
minoritas. Pada 1946 para ektstremis Hindu memulai serangkaian kekerasan
melawan Muslim yang menyebabkan kehilangan harta benda dan banyaknya korban
jiwa.[10]
Penderitaan
umat Muslim pun terus berlanjut pasca kemerdekaan India (1947). Negara-negara
muslim dikurangi sampai sekecil-kecilnya. Pemerintahan nasional India, yang
didominasi oleh Hindu, melakukan berbagai bentuk diskriminasi terhadap umat
Islam. Hal ini membuat beberapa elit politik Muslim kemudian memisahkan diri
dari India dan membentuk Pakistan. Sayang, pemisahan ini ternyata tidak
menyelesaikan berbagai penderitaan umat Islam di sana. Pakistan ternyata
menjadi pemerintahan sekular dan didominasi oleh militer yang banyak menyengsarakan
rakyatnya. Beberapa bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah India
terhadap Muslim diantaranya:
a. Meniadakan
ciri Islam pada lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun oleh Muslim seperti
meniadakan kurikulum yang berorientasi Islam secara khusus terutama
universitas-universitas terkenal di India.[11]
b. Muslim
di anggap sebagai kasta paling rendah sehingga dalam pekerjaan dan keahlian,
Muslim diperlakukan diskriminatif.
c. Ketidakadilan
bagi Muslim dalam jabatan pemerintahan yaitu adanya pengecualian perekrutan
orang-orang Muslim dari jenjang pegawai biasa sampai kedudukan sekretaris
jendral di kementerian-kementerian.[12]
d.
Kerusuhan anti-Muslim oleh golongan
ektrem Hindu yang mengakibatkan terbunuhnya orang-orang Muslim dan hancurnya
harta benda mereka. Kerusuhan tersebut diantaranya dalam tahun 1964-1983
terjadi 7.287 kerusuhan anti-Muslim di India, yakni rata-rata satu kerusuhan
dalam sehari.[13]
B. Kehidupan Umat Muslin di India Saat
Ini
Populasi
Muslim di India meskipun jumlahnya minoritas, namun mulai meningkat sejak tahun
1951 yaitu dengan persentase 9,9 % dari total penduduk menjadi 10,70 % pada
tahun 1961. Sedangkan pada tahun 1971 dan 1981 masing-masing populasi Muslim di
India meningat menjadi 11,21 % dan 12 %.[14] Islam
menjadi agama terbesar kedua di India setelah Hindu pada tahun 2001 dengan
persentase sekitar 13,4 %.[15] Peningkatan
ini menunjukkan bahwa Islam masih dapat terus eksis di India meskipun berada
dalam belenggu pemerintahan. Jumlah mayoritas Muslim yang menduduki India
tersebut menyebar ke beberapa daerah terutama Bengal Barat, Kerala, Jammu dan
Kashmir serta Uttar Pradesh.
Warga
Muslim di India hidup dalam keadaan terpinggirkan baik dalam bidang ekonomi,
sosial, politik, maupun pendidikan. Terutama setelah peristiwa pembantaian ekstremis Hindu terhadap umat Islam
di Gujarat pada Februari 2002. Kerusuhan ini mengakibatkan ribuan kaum Muslim
terbunuh, diperkosa, dan dibakar hidup-hidup. Sehingga banyak di antara mereka
yang masih tinggal di kamp-kamp pengungsi dengan kondisi sangat menyedihkan.[16]
Ketidakberpihakan pemerintah
terhadap umat Muslim di India saat ini semakin mengancam kebebasan beragama
umat Muslim. Pasalnya, beberapa organisasi Hindu mengeluarkan
usulan kepada Perdana Menteri India yang baru, Narendra Modi untuk melarang
penggunaan pengeras suara saat adzan subuh.[17]
Selain itu adanya pemberlakuan undang-undang terkait konversi agama yang baru.
Yang menjadi masalah adalah setiap individu yang berniat konversi agama harus
mendapat persetujuan dari negara setidaknya satu bulan sebelum berpindah agama.[18]
Masalah lain yang juga menjadi kegelisahan umat muslim di India adalah
pelarangan penyembelihan sai pada perayaan Idul Adha. Sejak Partai
Bharatiya Janata (BJP) mengusai pemerintahan bulan Mei lalu, kampanye
anti-menyembelih sapi oleh aktivis Hindu telah mencapai puncaknya di seluruh
Benggala Barat. Di beberapa wilayah di Benggala Barat, truk pengangkut sapi
dicegat dan sapi-sapi kemudian dilepaskan. Pedagang sapi muslim kemudian
dipukuli.[19]
Penindasan
yang dilakukan oleh orang Hindu maupun pemerintah terhadap umat Muslim tidak
menjadikan umat Muslim putus asa. Komunitas muslim di India justru terus
melakukan langkah inovatif guna meningkatkan taraf kesejahteraan umat Islam.
Langkah tersebut terangkum dalam satu dokumen yang akan diserahkan kepada Dewan
Pembangunan Nasional India (NDC). Dalam dokumen itu disebutkan perlu ada
langkah yang memperkuat keterhubungan antara umat Islam di desa dan kota.
Keterhubungan itu diharapkan mendorong pemerataan kesejahteraan di kalangan
umat Islam. Selain membahas langkah yang diperlukan, dokumen itu juga
menyertakan fakta dan data terkait taraf kesejahteraan umat Islam. Disebutkan,
sebanyak 13.4 % populasi Muslim tertinggal secara ekonomi, kesehatan dan
pendidikan. Dokumen itu juga mengungkap rasio kemiskinan umat Islam mencapai
33.9 persen di daerah perkotaan di negara-negara bagian seperti Utar Pradesh,
Gujarat, Bihar dan Benggala Barat. Untuk kasus daerah pedesaan, menurut dokumen
itu, rasio kemiskinan juga tinggi di wilayah-wilayah tersebut.[20]
C. Kesimpulan
Islam
di India telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw.. Namun, kekuasaannya di India
baru mulai eksis pada masa Khalifah Al-Walid dari Bani Umayyah dengan
penaklukan yang dilakukan oleh Muhammad Ibn Qasim. Eksidtensi Islam di India
semakin marak karena masyarakat India menerima Islam dengan baik akibat adanya
penindasan dari umat Hindu yang berkuasa pada masa itu. Keberadaan Islam di
India meninggalkan pengaruh yang sangat besar terutama pada masa Kerajaan Islam
Moghul.
Namun,
berakhirnya kekuasaan kerajaan Moghul diikuti masuknya imperialisme Inggris di
India merupakan awal babak penderitaan umat Muslim di India. Hingga saat ini,
umat Muslim di India masih hidup dalam penindasan sehingga mereka tergolong
dalam kelompok minoritas.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Kettani, M. Ali,
Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Maryam,
Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islam dari
Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, 2002.
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah
Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Internet
http://c59-asia-news.gemaislam.com/muslim-india-khawatirkan-larangan-azan-dengan-pengeras-suara/ (diakses
pada 17 November 2014).
http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/28/derita-muslim-minoritas-di-india/(diakses
pada17 November 2014).
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India
(diakses pada 18 November 2014).
http://www.dream.co.id/jejak/muslim-india-dilarang-sembelih-sapi-saat-idul-adha-1410039.html
(diakses pada 18 November 2014).
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/13/08/05/mr1lo
b-uu-kebebasan-agama-resahkan-muslim-india (diakses pada
18 November 2014).
Muslim
India Tingkatkan Kesejahteraan Umat Muslim, dalam http://www.erfan.
ir/56272.html
(diakses pada 18 November 2014).
[1] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik
Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2002), hlm. 166.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah
II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 145.
[3] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 158.
[4] Maryam, Sejarah Peradaban…, hlm. 168-169.
[5] Ibid., hlm. 176.
[6] Ibid., hlm. 177.
[7] Ibid., hlm. 184.
[8] Maryam, Sejarah Peradaban…, hlm. 189.
[9] Ibid., hlm. 190.
[10] Kettani, Minoritas Muslim…, hlm. 162.
[11] Ibid., hlm. 175.
[12] Ibid., hlm. 182.
[13] Ibid., hlm. 184.
[14] Ibid., hlm. 163.
[16] http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/28/derita-muslim-minoritas-di-india/
(diakses pada 17
November 2014).
[17] http://c59-asia-news.gemaislam.com/muslim-india-khawatirkan-larangan-azan-dengan-pengeras-suara/
(diakses pada 17
November 2014).
[18] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/08/05/mr1lob-uu-kebebasan-agama-resahkan-muslim-india
(diakses pada 18
November 2014).
[19] http://www.dream.co.id/jejak/muslim-india-dilarang-sembelih-sapi-saat-idul-adha-1410
039.html
(diakses pada 18 November 2014).
[20] Muslim India Tingkatkan
Kesejahteraan Umat Muslim, dalam http://www.erfan.ir/ 56272.html
(diakses pada 18
November 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar