Senin, 26 Januari 2015

Minoritas Islam di India


Minoritas Islam di India
A.  Sejarah Islam di India
1.    Masuknya Islam di India
Hubungan Islam dan India telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw. (mulai tahun 610 M) melalui dakwah para pedagang Arab yang melewati pelabuhan-pelabuhan India.[1] Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.[2] Wilayah anak benua India pertama yang digabungkan oleh Muhammad Ibn Qasim ke dalam dunia Muslim adalah Sind (sekarang di Pakistan).[3] Pada masa kekuasaannya, ia menjadi Gubernur dan menjalankan pemerintahan dengan rasa kemanusiaan yang tinggi. Para penganut Budha yang sudah lama merasa tertindas oleh Brahmana kemudian memeluk Islam. Tidak adanya perbedaan antara ras dan kasta mendorong orang-orang sudra yang selama ini tertindas oleh kasta tinggi banyak yang masuk Islam karena mereka menganggap Islam sebagai pelindung.
Kekuasaan Islam di India kemudian di lanjutkan oleh Dinasti Ghazni  dan Dinasti Ghury. Pada masa kekuasaan kedua dinasti tersebut kekuasaan Islam semakin luas. Dinasti Ghury kemudian memberlakukan Undang-Undang Islam dan memberikan kebebasan kepada orang-orang Hindu untuk menjalankan agama dan mendirikan kuil dengan membayar upeti dan jizyah.[4] Sejak saat itu kekuasaan Islam di India mulai terorganisasi hingga berhasil mendirikan kesultanan di New Delhi.
Pada masa kesultanan Delhi banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat India. Kaum bangsawan Muslim misalnya, menempati posisi terkemuka di dalam masyarakat pada masa kesultanan Delhi. Mereka memiliki banyak pengaruh terhadap aktifitas sultan. Ulama, syeikh dan para sayyid dihormati oleh semua golongan masyarakat.[5] Sedangkan umat Hindu diperlakukan adil oleh kesultanan Delhi. Mereka dibeikan kebebasan penuh dalam memilih agama dan merayakan upacara-upacara keagamaan.[6] Dalam bidang pembangunan, sultan banyak mendirikan istana kerajaan, benteng, mejid, tugu bagi orang-orang besar, dan tempat berlindung bagi orang-orang miskin. Masjid terkenal yang didirikan sultan diantaranya Masjid Quuwat al-Islam, masjid Araidin ka Jhonpra, masjid raya Jami-I-Masjid serta masjid-masjid lainnya.
Setelah periode Kesultanan Delhi berakhir, India dikuasai oleh Dinasti Mughal. Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ekspansinya ke India dimulai dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (Paman Lodi) dan gubernur Lohere.[7] Selama tiga abad berkuasa, dinasti Mughal mampu menyebarkan Islam ke seluruh penjuru India. Kontribusi Mughal terhadap keberadaan Islam di India sangat besar diantaranya:
a.    Di bidang politik sistim yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India.
b.    Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
c.    Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa manusia. Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid raya Delhi dan istana indah di Lahore.
d.   Di bidang  ilmu pengetahuan, sejak berdirinya Mughal banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan Istana Mughal-pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta Ulama. Aurangzeb misalnya membelikan sejumlah uang yang besar dan tanah untuk membangun sarana pendidikan. Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah di pegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri.
Besarnya pengaruh Mughal dalam bidang kehidupan masyarakat India menunjukkan bahwa masyarakat Muslim di India hidup dalam keadaan yang aman dan teratur. Namun demikian, kejayaan yang terjadi pada masa Mughal hanya bertahan pada masa pemerintahan Akbar (1556-1506 M), dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuaan Mughal mulai memudar. Ini disebabkan para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai. Melemahnya kekuasaan Mughal di India kemudian dimanfaatkan oleh Inggris untuk menguasai India.
2.    Minoritas Muslim di India
Islam yang semula memiliki kekuatan yang besar di India mulai bergeser setelah datangnya Inggris yang ingin menguasai wilayah India. Awal imperialisme Inggris di India dimulai dengan dikuasainya daerah Bengal yang berhasil direbut dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan otonom Inggris. Puncak kekuasaan Inggris diraih pada tahun 1857 ketika kerajaan Mughal benar-benar jatuh dan Inggris kemudian menguasai Afghanistan dan kesultanan Balucistan.[8] Dengan demikian Imperialisme Inggria telah merata di seluruh anak benua India.
Sejak tahun 1818 M Inggris menjadi kekuatan terkemuka terutama di daerah-daerah yan mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Bengal, dataran sungai Gangga, dan sekitar wilayah lembah sungai Indus. Kehadiran Inggris kemudian di tentang oleh kelompok yang non-kooperatif melalui gerakan anti Inggris. Puncaknya adalah meletusnya Revolusi Multiny pada 1857.[9] Gerakan ini berhasil dipadamkan oleh Inggris dan merugikan umat Muslim. Pemerintah Inggris kemudian merangkul orang Hindu dan mengucilkan umat Islam. Keadaan ini menjadikan umat Islam lemah karena dari segi kuantitas tergolong minoritas. Pada 1946 para ektstremis Hindu memulai serangkaian kekerasan melawan Muslim yang menyebabkan kehilangan harta benda dan banyaknya korban jiwa.[10]
Penderitaan umat Muslim pun terus berlanjut pasca kemerdekaan India (1947). Negara-negara muslim dikurangi sampai sekecil-kecilnya. Pemerintahan nasional India, yang didominasi oleh Hindu, melakukan berbagai bentuk diskriminasi terhadap umat Islam. Hal ini membuat beberapa elit politik Muslim kemudian memisahkan diri dari India dan membentuk Pakistan. Sayang, pemisahan ini ternyata tidak menyelesaikan berbagai penderitaan umat Islam di sana. Pakistan ternyata menjadi pemerintahan sekular dan didominasi oleh militer yang banyak menyengsarakan rakyatnya. Beberapa bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah India terhadap Muslim diantaranya:
a.    Meniadakan ciri Islam pada lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun oleh Muslim seperti meniadakan kurikulum yang berorientasi Islam secara khusus terutama universitas-universitas terkenal di India.[11]
b.    Muslim di anggap sebagai kasta paling rendah sehingga dalam pekerjaan dan keahlian, Muslim diperlakukan diskriminatif.
c.    Ketidakadilan bagi Muslim dalam jabatan pemerintahan yaitu adanya pengecualian perekrutan orang-orang Muslim dari jenjang pegawai biasa sampai kedudukan sekretaris jendral di kementerian-kementerian.[12]
d.   Kerusuhan anti-Muslim oleh golongan ektrem Hindu yang mengakibatkan terbunuhnya orang-orang Muslim dan hancurnya harta benda mereka. Kerusuhan tersebut diantaranya dalam tahun 1964-1983 terjadi 7.287 kerusuhan anti-Muslim di India, yakni rata-rata satu kerusuhan dalam sehari.[13]
B.  Kehidupan Umat Muslin di India Saat Ini
Populasi Muslim di India meskipun jumlahnya minoritas, namun mulai meningkat sejak tahun 1951 yaitu dengan persentase 9,9 % dari total penduduk menjadi 10,70 % pada tahun 1961. Sedangkan pada tahun 1971 dan 1981 masing-masing populasi Muslim di India meningat menjadi 11,21 % dan 12 %.[14] Islam menjadi agama terbesar kedua di India setelah Hindu pada tahun 2001 dengan persentase sekitar 13,4 %.[15] Peningkatan ini menunjukkan bahwa Islam masih dapat terus eksis di India meskipun berada dalam belenggu pemerintahan. Jumlah mayoritas Muslim yang menduduki India tersebut menyebar ke beberapa daerah terutama Bengal Barat, Kerala, Jammu dan Kashmir serta Uttar Pradesh.
Warga Muslim di India hidup dalam keadaan terpinggirkan baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun pendidikan. Terutama setelah peristiwa pembantaian ekstremis Hindu terhadap umat Islam di Gujarat pada Februari 2002. Kerusuhan ini mengakibatkan ribuan kaum Muslim terbunuh, diperkosa, dan dibakar hidup-hidup. Sehingga banyak di antara mereka yang masih tinggal di kamp-kamp pengungsi dengan kondisi sangat menyedihkan.[16]
Ketidakberpihakan pemerintah terhadap umat Muslim di India saat ini semakin mengancam kebebasan beragama umat Muslim. Pasalnya, beberapa organisasi Hindu mengeluarkan usulan kepada Perdana Menteri India yang baru, Narendra Modi untuk melarang penggunaan pengeras suara saat adzan subuh.[17] Selain itu adanya pemberlakuan undang-undang terkait konversi agama yang baru. Yang menjadi masalah adalah setiap individu yang berniat konversi agama harus mendapat persetujuan dari negara setidaknya satu bulan sebelum berpindah agama.[18] Masalah lain yang juga menjadi kegelisahan umat muslim di India adalah pelarangan penyembelihan sai pada perayaan Idul Adha. Sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) mengusai pemerintahan bulan Mei lalu, kampanye anti-menyembelih sapi oleh aktivis Hindu telah mencapai puncaknya di seluruh Benggala Barat. Di beberapa wilayah di Benggala Barat, truk pengangkut sapi dicegat dan sapi-sapi kemudian dilepaskan. Pedagang sapi muslim kemudian dipukuli.[19]
Penindasan yang dilakukan oleh orang Hindu maupun pemerintah terhadap umat Muslim tidak menjadikan umat Muslim putus asa. Komunitas muslim di India justru terus melakukan langkah inovatif guna meningkatkan taraf kesejahteraan umat Islam. Langkah tersebut terangkum dalam satu dokumen yang akan diserahkan kepada Dewan Pembangunan Nasional India (NDC). Dalam dokumen itu disebutkan perlu ada langkah yang memperkuat keterhubungan antara umat Islam di desa dan kota. Keterhubungan itu diharapkan mendorong pemerataan kesejahteraan di kalangan umat Islam. Selain membahas langkah yang diperlukan, dokumen itu juga menyertakan fakta dan data terkait taraf kesejahteraan umat Islam. Disebutkan, sebanyak 13.4 % populasi Muslim tertinggal secara ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Dokumen itu juga mengungkap rasio kemiskinan umat Islam mencapai 33.9 persen di daerah perkotaan di negara-negara bagian seperti Utar Pradesh, Gujarat, Bihar dan Benggala Barat. Untuk kasus daerah pedesaan, menurut dokumen itu, rasio kemiskinan juga tinggi di wilayah-wilayah tersebut.[20]
C.  Kesimpulan
Islam di India telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw.. Namun, kekuasaannya di India baru mulai eksis pada masa Khalifah Al-Walid dari Bani Umayyah dengan penaklukan yang dilakukan oleh Muhammad Ibn Qasim. Eksidtensi Islam di India semakin marak karena masyarakat India menerima Islam dengan baik akibat adanya penindasan dari umat Hindu yang berkuasa pada masa itu. Keberadaan Islam di India meninggalkan pengaruh yang sangat besar terutama pada masa Kerajaan Islam Moghul.
Namun, berakhirnya kekuasaan kerajaan Moghul diikuti masuknya imperialisme Inggris di India merupakan awal babak penderitaan umat Muslim di India. Hingga saat ini, umat Muslim di India masih hidup dalam penindasan sehingga mereka tergolong dalam kelompok minoritas.



DAFTAR PUSTAKA
Buku
Kettani, M. Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Maryam, Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, 2002.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India (diakses pada 18 November 2014).
Muslim India Tingkatkan Kesejahteraan Umat Muslim, dalam  http://www.erfan. ir/56272.html (diakses pada 18 November 2014).


[1] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2002), hlm. 166.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 145.
[3] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 158.
[4] Maryam, Sejarah Peradaban…, hlm. 168-169.
[5] Ibid., hlm. 176.
[6] Ibid., hlm. 177.
[7] Ibid., hlm. 184.
[8] Maryam, Sejarah Peradaban…, hlm. 189.          
[9] Ibid., hlm. 190.
[10] Kettani, Minoritas Muslim…, hlm. 162.
[11] Ibid., hlm. 175.
[12] Ibid., hlm. 182.
[13] Ibid., hlm. 184.
[14] Ibid., hlm. 163.
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India (diakses pada 18 November 2014).
[20] Muslim India Tingkatkan Kesejahteraan Umat Muslim, dalam http://www.erfan.ir/ 56272.html (diakses pada 18 November 2014).

Minggu, 21 Desember 2014

Seni Tari Sambas: Tanda' Sambas



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Dengan seni, masyarakat mampu menuangkan hasil olah fikirnya untuk menciptakan beragam kretifitas baru sebagai sarana hiburan masyarakat. Sekian banyak ragam dan jenis seni yang ada, seni tari merupakan seni yang dinilai paling dekat dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan, tari berhubungan langsung dengan penghayatan manusia itu sendiri dalam menggerakkan tubuhnya sesuai dengan iringan lagu.
Salah satu diantara tari-tarian yang berkembang di wilayah Sambas adalah Tanda’ Sambas. Tanda’ Sambas berkembang di masyarakat Sambas sendiri sebagai hasil karya masyarakat yang mendesak. Dikatakan mendesak karena ini tercipta secara spontan sebagai akibat adanya keinginan untuk menghilangkan rasa lelah dan menciptakan suasana yang gembira.

B.  Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan utama yang hendak dipaparkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.   Bagaimana awal munculnya Tanda’ Sambas di daerah Sambas ?.
2.   Apa fungsi utama Tanda’ Sambas bagi masyarakat Sambas ?.
3.   Bagaimana perkembangan Tanda’ Sambas dari awal munculnya hingga sekarang ?.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya Tanda’ Sambas
Tanda’ merupakan salah satu bahasa Melayu yang berarti menari.[1] Dinamakan Tanda’ Sambas karena ini merupakan seni tari yang berada di wilayah Sambas. Mengenai sejak kapan keberadaan Tanda’ Sambas hadir di tengah masyarakat Melayu Sambas, siapa tokoh dan guru yang mengajarkannya belum didapat penjelasan yang kuat dan akurat. H. Muin Ikram, salah satu pemerhati kebudayaan Melayu Sambas,[2] mengatakan bahwa Tanda’ Sambas merupakan seni tari asli Melayu Sambas. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa keberadaan Tanda’ Sambas sejalan dengan perkembangan Islam di Kota Sambas.[3]
Sementara itu, Abah Ali,[4] ketua Sanggar Kencana Kuning yang sudah menggeluti tarian Tanda’ Sambas dari tahun 1991 berpendapat bahwa Tanda’ Sambas digunakan prajurit yang sedang berlatih silat untuk mengelabui penjajah Belanda dengan mengubah gerakan silat menjadi tari. Sehingga dapat dikatakan bahwa Tanda’ Sambas telah ada sejak zaman penjajahan. Hanya saja, belum didapat kesepakatan untuk memastikan waktu (tahun) awal keberadaan Tanda’ Sambas ini.
Diketahui bahwa, Tanda’ tidak hanya terdapat di Sambas tapi bisa juga ditemukan di Sarawak Malaysia yang sering disebut Tanda’ Sarawak. Yang membedakannya dengan Tanda’ Sambas adalah Tanda’ Sarawak hanya ditarikan oleh 2 (dua) orang yang berpasangan (sejenis; laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan). Ia juga tidak memiliki lagu khusus.
Berdasarkan kesamaan namanya, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan diantara Tanda’ Sambas dan Tanda’ Sarawak, terlebih daerah Sambas dan Sarawak relatif dekat. Dalam kunjungannya ke Sarawak, H. Muin Ikram mempertegas bahwa adanya Tanda’ Sarawak merupakan hasil dari pembelajaran oleh masyarakat Sarawak kepada masayarakat Sambas.[5] Ini dibuktikan dari pernyataan salah satu penggiat Tanda’ Sarawak yang mengatakan bahwa Tanda’ Sarawak merupakan hasil pembelajaran kepada guru Tanda’ Sambas yaitu M. Ketol. Lalu M. Ketol mengajarkan Tanda’ Sambas ke beberapa muridnya sehingga menyebar ke daerah-daerah lain.
B.  Fungsi Tanda’ Sambas
Pada Awalnya, Tanda’ Sambas hanya digunakan sebagai salah satu hiburan dan tontonan rakyat untuk melepaskan lelah setelah pulang dari sawah. Karena tergolong kedalam tarian sosial (pergaulan) maka ia ditarikan secara spontan dengan gerakan bebas dan sederhana serta tidak memiliki makna khusus. Seiring perkembangan zaman, Tanda’ Sambas mulai menjadi seni tari yang multifungsi. Artinya, Tanda’ Sambas selain digunakan sebagai sarana hiburan, ia juga digunakan sebagai pelengkap dalam Upacara Adat Melayu, seperti acara pesta pernikahan, pindah rumah baru, khataman serta hajatan lainnya.
Tanda’ Sambas menjadi salah satu pertunjukan dalam pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an peringkat Nasional ke-15 pada tahun 1985 di Pontianak untuk pertama kalinya.[6] Pada acara tersebut diikutsertakan kurang lebih 1000 orang penari yang terdiri dari pelajar di Kota Pontianak. Selanjutnya, ia mulai menjadi seni tari yang dipertandingkan di daerah Sambas dengan berbagai kreatifitas tariannya.
C.  Perkembangan Tanda’ Sambas
Kesenian akan selalu berkembang sesuai zamannya. Begitupun dengan seni tari Tanda’ Sambas yang terus digarap dengan berbagai kreasi baru sehingga menghasilkan beberapa perubahan. Berbagai perubahan tersebut diantaranya:
1.    Pelaku gerak
Sejak Awal, Tanda’ Sambas hanya ditarikan oleh kaum laki-laki dewasa yang berjumlah minimal 2 (dua) orang. Sedangkan kaum perempuan tidak diperkenankan ber-Tanda’ ataupun menari tarian lain seperti Jappin dan Redad.[7] Hal ini dikarenakan kaum perempuan sering dilarang keluar rumah dan diharuskan menjaga dirinya agar tidak mempertontonkan gerak-gerik tubuhnya kepada khalayak ramai.
Sekitar tahun 1950-an, karena minat yang cukup dalam terhadap seni tari, kaum perempuan mulai ramai yang turut ber-Tanda’.[8] Sehingga sampai sekarang Tanda’ Sambas pun mulai didominasi oleh perempuan.
2.    Musik Pengiring
Alat musik pengiring Tanda’ Sambas pada awalnya hanya terdiri dari satu buah rebana dengan seorang penabuh dan seorang vokalis. Penabuh tersebut juga boleh bertindak sebagai vokalis. Lagu pengiring yang dibawakan adalah lagu rakyat Melayu Sambas yang terdiri dari lagu “Bujang Betanda’” dan diikuti lagu “Sarang Bubut”.[9] keduanya dibawakan secara berurutan.  Lagu yang dinyanyikan dalam Tanda’ Sambas boleh saja ditambah dengan lagu lainnya, asalkan berirama sama dengan lagu sebelumnya.[10] Mengenai siapa pengarang dan kapan diciptakannya lagu ini belum didapatkan data yang tepat dan akurat. Akan tetapi, versi yang telah berkembang ditengah-tengah masyarakat saat ini merupakan salinan ulang oleh seorang pemain teater Sambas asal Kampung Dagang yaitu Hairoman yang juga merupakan salah satu tokoh (guru) tari. Berikut lirik lagu Bujang Betanda’ dan Sarang Bubut.

Bujang Betanda’
Dua lah bedua
Dua bedua bujang betanda’
Langkah kekere’
Langkah kekanan
Marelah kite besame lah same
Tanda’ lah sambas
Sunggoh gembire
Hiborkan ati gundah gulane

Sarang Bubut
Sarang lah bubut ai
Tappi lah muare
Sarang lah pirrik lah pinnang
Dipuccoklah pinnang
Apelah ngelugut ai
Bunyilah suare
Barrok di tillik jak tunnang
Gasa’ang jak tunnang

Iringan tari Tanda’ Sambas untuk saat ini telah mengalami berbagai perkembangan untuk menambah keindahan tari tersebut. Misalnya ketika tampil secara manual, rebana yang digunakan sudah lebih dari satu buah dengan seorang vokalis khusus. Selain itu, Tanda’ Sambas juga sering diiringi dengan musik yang telah direkam sebelumnya (dalam bentuk CD).
3.   Busana Tari
Sesuai dengan zamannya, penggunaan busana yang sederhana menjadi salah satu ciri tarian Tanda’ Sambas. Penari hanya menggunakan stelan baju Teluk Belanga dan kain pelekat serta dilengkapi kopiah/songkok tanpa aksesoris tambahan. Demikian juga tata rias tidak digunakan .
Seiring berkembangnya minat perempuan terhadap Tanda’ Sambas, busana tari pun turut berkembang. Penari perempuan menggunakan baju Melayu (baju kurung) dan dilengkapi kain Bannang Ammas sebagai bawahannya. Selain itu, tata rias juga mulai digunakan dengan berbagai penambahan aksesoris sebagai pelengkap penampilan.
4.   Ragam gerak
Sejak masa pertumbuhannya, Tanda’ Sambas belum memiliki gerakan khusus dan baku. Ia ditarikan secara spontan sehingga tidak memiliki nama dan makna khusus. Lama waktu (durasi) tarian tampil tergantung pada minat penonton. Bahkan pada saat tarian berlangsung, penonton yang berminat menari dapat langsung ikut memasuki arena tari dan menari bersama.
Tahun 1974, telah dibuat sebuah keseragaman dalam ragam tari Tanda’ Sambas. Namun gaya dalam tari Tanda’ Sambas masih tergantung kreativitas penari. Ragam ini diciptakan sendiri oleh Ibu Aklima A. Ma. Pd untuk mempermudah pembelajaran Tanda’ Sambas.[11]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tanda’ Sambas merupakan salah satu jenis tari yang berkembang di daerah Sambas. Ia merupakan seni tari asli yang diciptakan sendiri oleh masyarakat Sambas yang telah ada sejak masa penjajahan dan masa perkembangan Islam.  
Bagi masyarakat, Tanda’ Sambas berfungsi sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran fungsi Tanda’ Sambas itu sendiri. Yang mana selain sebagai sarana hiburan, ia juga berfungsi sebagai pelengkap dalam upacara Adat Melayu Sambas. Bahkan, hingga saat sekarang Tanda’ Sambas sudah menjadi bagian seni tari yang dipertandingkan.
Seperti halnya kebudayaan yang berkembang di masyarakat, Tanda’ Sambas juga ikut berkembang sesuai dengan keadaan zamannya. Yang mana dari bentuk yang sangat sederhana, hingga menjadi satu kesatuan yang kompleks. Mulai dari pelaku gerak (penari), iringan musik, ragam gerak, hingga busana tari. meski demikian, adanya perubahan tersebut tetap mempertahankan nilai-nilai keMelayu an.



                                                                                                                  



DAFTAR PUSTAKA
Ikram, A. Muin. 2008. Tanda’ Sambas: Tari Pergaulan Kalimantan Barat. Kalimantan Barat: Yayasan Penulis Enam-Enam.
Nazamuddin, 2003. Langgam Tari Daerah dan Nasional. Sambas: Dinas Komunikasi dan Pariwisata.
Asmirizani, “Tarian Tanda’ Sambas Wajib Dilestarikan Oleh Pemuda”, dalam http://mabmonline.org/tarian-tanda-sambas-wajib-dilestarikan-oleh-pemuda/ (diakses pada tanggal 15 November 2013 jam 20.35 ).


















Narasumber

1.   Nama       : H. Arpan
Alamat     : Desa Pendawan
Aktivitas  : Penggiat Tari Tanda’ Sambas

2.   Nama       : H. Muin Ikram
Alamat     : Desa Tumok
Aktivitas  : - Pemerhati Seni Budaya Melayu Sambas
-   Penulis Seni Budaya Melayu










[1] Hasil wawancara dengan Bapak H. Arpan, salah satu penggiat Tari Tanda’ Sambas di Desa Pendawan. (Pelaksanaan wawancara tanggal 15 November 2013 jam 09.30).
[2] H. Muin Ikram disebut sebagai pemerhati Kebudayaan Melayu Sambas dibuktikan dengan beberapa plakat (cinderamata) yang diberikan lansung oleh Bupati Sambas kepadanya.
[3] Hasil wawancara dengan Bapak H. Muin Ikram, salah satu pemerhati Seni Budaya Melayu Sambas di Desa Tumok. Saat ini ia masih giat dalam bidang penulisan Seni Budaya Melayu. (Pelaksanaan wawancara tanggal 16 November 2013 jam 11.00).
[4]Asmirizani, “Tarian Tanda’ Sambas Wajib Dilestarikan Oleh Pemuda”, dalam http://mabmonline.org/tarian-tanda-sambas-wajib-dilestarikan-oleh-pemuda/ (diakses pada tanggal 15 November 2013 jam 20.35 ).
[5] Hasil wawancara dengan Bapak H. Muin Ikram, (Pelaksanaan wawancara tanggal 03 April 2013 jam 10.15).
[6] A. Muin Ikram, Tanda’ Sambas: Tari Pergaulan Kalimantan Barat, (Kalimantan Barat: Yayasan Penulis Enam-Enam, 2008). Hlm. 6.
[7] Ibid., hlm. 4.
[8] Hasil Wawancara dengan Bapak H. Muin Ikram. (Pelaksanaan wawancara tanggal 16 November 2013 jam 11.00).
[9] Hasil Wawancara dengan Bapak H. Muin Ikram. (Pelaksanaan wawancara tanggal 16 November 2013 jam 11.00).
[10] Hasil Wawancara dengan Bapak H. Muin Ikram. (Pelaksanaan wawancara tanggal 03 April 2013 jam 10.15).
[11] Nazamuddin, Langgam Tari Daerah dan Nasional (Sambas: Dinas Komunikasi dan Pariwisata, 2003), hlm. 1-2.